03/05/10

Meteor Menghujani Bumi

iklan

Bunyi desingan itu terdengar keras. Lalu menggelegar. Kamis petang kemarin itu, Ibu Uci dan suaminya sedang melayani pelanggan di salon. Mendengar ledakan itu mereka lari terbirit-birit.Sejumlah warga di Jalan Delima VI, Malakasari, Jakarta Timur  itu juga berhamburan keluar rumah.
Mereka berlari menyelamatkan diri. Empat rumah rusak parah. Tidak ada korban jiwa. Luka ringan banyak.

Orang-orang di sana mengira, ledakan itu adalah bom. Ada pula yang menyebutkan ledakan bersumber dari tabung gas.
Di negeri ini, urusan keselamatan tabung gas itu memang kerap diremehkan. Luka dan juga kematian karena ledakan tabung gas itu sudah sering terjadi.
Adapula yang menduga ledakan  kemarin petang itu adalah hasil kerja tukang santet. Sudarmojo,  seorang warga yang rumahnya rusak parah, semula yakin betul  bahwa ini kerjaan dukun santet. “Saya ini  masih agak percaya sama santet,” katanya.

Markas Besar (Mabes) Polri  mengirim tim ahli dari Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) ke Malakasari.  Ini tim khusus. Mereka kerap diterjunkan jika ledakan bom terjadi.
Beberapa jam di sana, tim ini tidak menemukan tabung gas yang meledak, tidak menemukan residu bom, dan tentu saja, juga tidak menemukan seorang tukang santet.
Kepala Departemen Balistik Metalurgi, Mabes Polri, Komisaris Besar, Amri Kamil, setelah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di rumah Sudarmojo memastikan tidak ditemukan bahan peledak di situ.  Dia melanjutkan, “Fisik ledakan juga tidak ada.Tidak ada kawahnya.”
Tiga jam meneliti lokasi itu, Amri meralat berita yang sudah beredar bahwa telah terjadi ledakan di Duren Sawit.  Sebenarnya, kata Amri, yang terjadi bukan ledakan, tapi, “Hantaman dari benda-benda yang berat, yang jatuh ke bumi dengan kecepatan tinggi.” Dari lokasi di Malakasari itu, polisi mengambil debu, ada pula yang berbentuk pasir.
Dugaan adanya benda jatuh dari langit—yang kemudian diduga sebagai meteor itu—juga berdasarkan bentuk kerusakan.  Atap rumah Sudarmojo bolong besar, tapi tak ada sisa ledakan di lantai.

Sejumlah warga di sana berkisah bahwa  mereka sempat melihat benda dari langit menghantam rumah Sudarmojo.
Pipit, seorang warga yang berusia 32 tahun menuturkan,  "Saat itu sekitar  jam empat sore. Langit mendung. Saya melihat semacam kilat, cahayanya terang banget di langit.  Dengan kecepatan tinggi, dalam hitungan detik, cahaya itu turun dan menyambar rumah Pak Sudarmojo."
Betulkah  yang jatuh itu adalah meteor? Sedang diteliti memang. Dan satu dua hari ini hasilnya bisa diketahui. Profesor Thomas Djamaluddin, ahli Astronomi dari dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) menuturkan bahwa yang perlu dilakukan adalah meneliti debu atau sisa bongkahan dari lokasi ledakan.
Betulkah meteor bisa jadi debu jika menghantam bumi? “Itu bisa saja terjadi kalau itu jenis meteor rapuh,” kata sang profesor.  Polisi memang sudah mengangkut debu-debu di lokasi ledakan.  Namun Profesor Djamaludin menegaskan bahwa debu-debu itu bisa saja berasal dari pecahan meteor rapuh itu. “Tapi memang tetap harus ada sisa-sisa bongkahan,” katanya.
Karena dugaan soal meteor jatuh itu, sejumlah ahli dari Lapan meluncur ke lokasi siang ini. Profesor Djamaluddin, yang sedang meluncur ke Bogor, Jawa Barat, harus berbalik arah dan meluncur ke Duren Sawit di Jakarta Timur itu.

G+

0 Respon Anda:

Posting Komentar